Pada Selasa, 29 Oktober 2016, Departement Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM mengadakan pelatihan simulasi penanganan bencana kebakaran. Simulasi ini merupakan bagian dari program kampus tangguh DTAP UGM. Pelatihan ini diinisiasi oleh Ibu Kurnia Widiastuti, Ka Unit SHE DTAP, dan Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur Wiswakharman serta mendapat dukungan penuh dari Bapak Dr. Ikaputra Dimas. Pelatihan ini diikuti oleh para dosen, karyawan, serta mahasiswa di lingkungan DTAP UGM. Pelatihan ini jugu dihadiri oleh pihak universitas dan fakultas teknik.
Dalam melakukan pelatihan ini, DTAP bekerjasama dengan Bokomi (Basis Organisasi Kesiagaan Komunitas) 192 Kampung Badran, yaitu sebuah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang tanggap dan kesiagaan bencana. Tim dari Bokomi 192 Kampung Badran menyiapkan segala peralatan simulasi.
Pelatihan dimulai dengan terlebih membekali peserta beberapa pengetahuan tentang jenis kebakaran yang mungkin bisa terjadi, seperti kebakaran akibat kompor dan kebakaran akibat alat elektronik. Hal ini menjadi penting diketahui karena kebakaran tersebut memerlukan teknik penanganan yang berbeda. Sebagai contoh, kebakaran yang diakibatkan oleh arus pendek alat elektronik dan berada di sekitar alat elektronik sebaiknya tidak dipadamkan menggunakan air. Bokomi 192 juga menjelaskan bahwa penanganan kebakaran harus dilakukan dengan prinsip kerjasama, ketepatan, dan kecepatan.
Setelah itu peserta dibagi ke dalam tiga kelompok kecil. Tiap-tiap kelompok berlatih memadamkan api dengan instrumen pemadaman berbeda: APAR, kain basah, dan air. Kelompok kecil tersebut kemudian bergantian mencoba semua jenis alat pemadaman yang telah dipersiapkan tim Bokomi 192.
Kelompok pertama melakukan simulasi penanganan bencana dengan menggunakan APAR atau fire extinguisher, yaitu tabung merah yang biasanya diletakkan di sudut-sudur ruangan gedung. Bokomi 192 menjelaskan bahwa APAR adalah alat penanganan pertama pada kebakaran dan mampu menangani kebakaran kecil. Pelatihan simulasi penanganan kebakaran dengan APAR dilakukan oleh peserta dengan cara menyemprotkan isi APAR ke sebuah target. Ketepatan dalam mengarahkan isi APAR ke target api sagatlah krusial mengingat volume tabung APAR yang kecil sehingga penting untuk tidak menyia-nyiakan isi tabung APAR tersebut.
Kelompok kedua melakukan simulasi penanganan kebakaran kompor. Dijelaskan bahwa penanganan kebakaran kompor harus dilakukan dengan cepat agar api tidak merambat ke bagian bangunan lainnya. Salah satu cara tercepat penanganan kebakaran kompor adalah dengan menggunakan kain basah. Peserta melakukan simulasi pemadaman api di dalam tong dengan kain basah berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh tim Bokomi 192. Dijelaskan bahwa dalam proses pemadaman, kain basah digunakan pula untuk melindungi wajah. Dalam proses pemadaman, kain basah tidak boleh dilempar untuk menghindari kemungkinan kompor terhempas dan terjatuh dan menyebabkan kebakaran yang lebih besar. Kain harus diletakkan dengan tenang dan menutupi sumber api dari kompor.
Kelompok ketiga adalah simulasi penanganan bencana kebakaran dengan air. Sama halnya dengan APAR, penanganan dengan air harus dilakukan secara tepat mengenai target api. Peserta berlatih melemparkan air dari ember ke arah taget berupa papan dengan gambar api. Peserta diharuskan mampu membalikan papan api yang ada. Pelatihan ini memberikan keterampilan kepada peserta agar mampu melemparkan air ke titik api secara tepat jika terjadi kebakaran yang sebenarnya.
DTAP UGM juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu pelaksanaan program pelatihan ini. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesiagaan dan ketangguhan bencana warga DTAP UGM. Rangkaian simulasi dan pelatihan dalam rangka menuju kampus tangguh akan kembali dilakukan DTAP UGM dalam waktu dekat.