
Yogyakarta, 23 April 2025 – Program Studi Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota kembali menggelar kuliah tamu pada Rabu, 23 April 2025 lalu yang bertema “Melacak Duyung dengan Drone dan AI“.
Kuliah tamu dilaksanakan secara daring agar dapat diikuti oleh mahasiswa Sarjana dan Magister Perencanaan Wilayah dan Kota UGM serta mengakomodasi peserta umum.
Kuliah ini mengulik bagaimana sebenarnya peran teknologi pada konteks pemantauan dan analisis lingkungan. Dalam kuliah tamu ini, Bella Riskyta Arinda, S.T., seorang praktisi, GIS Specialist di YAPEKA membagikan pengalamannya dalam melakukan pemantauan satwa dugong menggunakan bantuan teknologi berupa citra udara dengan drone serta AI (Artificial Intelligence).
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, apa sebenarnya dugong itu? Apa pentingnya dugong sehingga harus dilakukan pemantauan? Bagaimana hubungannya dengan lingkungan?
Bella Riskyta Arinda memulai sesi dengan menjelaskan mengenai dugong dan dinamikanya dengan lingkungan. Dugong atau yang dikenal sebagai duyung merupakan salah satu satwa yang memiliki interaksi kompleks dengan ekosistem padang lamun dan masyarakat pesisir. Dugong berperan krusial dalam menjaga ekosistem rumput laut.
Dugong yang habitatnya di padang lamun secara tidak langsung membantu ekonomi masyarakat pesisir. Dugong tinggal dan mengonsumsi lamun (seagrass) tersebut kemudian kotoran yang mereka keluarkan juga menjadi semacam pupuk untuk biota-biota laut yang ada di sana sapah satunya adalah rumput laut, sehingga dapat tumbuh dan hidup dengan baik. Hal ini digunakan sebagai indikator ekosistem yang sehat. Rumput laut dan biota laut lainnya menjadi sumber pendapatan masyarakat.
Peran yang penting membuat dugong perlu untuk dipantau. Terdapat beberapa metode pemantauan dugong, mulai dari yang konvensional dengan turun langsung ke habitat hingga memanfaatkan teknologim. Namun, dari beberapa metode, survei aerial menggunakan drone menjadi metode yang paling disukai karena minimalnya gangguan yang diberikan terhadap dugong, jangkauan yang lebih luas, kemampuan deteksi yang lebih baik, serta kemudahan operasi. Walaupun sudah menggunakan teknologi berupa drone, tetap dibutuhkan pencermatan ekstra hingga pembuatan rancangan skema survei yang sistematis dengan menggunakan kolaborasi berbagai metode.
Ada kemudahan, ada tantangan. Deteksi dugong menggunakan foto udara cukup sulit dan memerlukan pencermatan lebih karena kondisi air yang tidak stabil. Pencermatan hasil foto udara tersebut dilakukan secara manual dan menggunakan bantuan AI.
Pemanfaatan teknologi dalam pemantauan spesies dugong sebagai bagian dari ekosistem laut selaras dengan beberapa SDGs (Sustainable Development Goals) di antaranya SDG 9 (Industry, Innovation, and Challenge), SDG 14 (Life Below Water), dan SDG 17 (Partnerships for the Goals).
Kuliah tamu ini diberikan sambutan hangat oleh peserta baik para mahasiswa maupun umum. Tidak hanya paparan materi, tetapi kegiatan kuliah tamu juga diisi dengan sesi diskusi. Para peserta menyampaikan keingintahuan mereka mengenai pemanfaatan teknologi dalam praktik pemantauan lingkungan dan ekosistem di dalamnya yang merupakan salah dua bagian penting dari perencanaan wilayah dan kota, mulai dari skala kecil hingga yang lebih kompleks. Adanya paparan langsung dari praktisi juga memberikan gambaran nyata bagi mahasiswa mengenai implementasi di lapangan. Serta menambah ketertarikan bagi yang ingin berkarir di bidang terkait.