Penulis : Ni Putu Adnya Sawitri
Yogyakarta –“HMT-PWK UGM bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyambut Hari Agraria Nasional dan Tata Ruang 2015 melalui tiga rangkaian kegiatan pada 7 November 2015”
Talkshow 2, Partisipasi Masyarakat dalam Menciptakan Ruang yang Menentramkan dan Memakmurkan
Hari Agraria Nasional dan Tata Ruang (HANTARU) tahun ini mengambil tema Tanah untuk Ruang Hidup yang Memakmurkan dan Menentramkan. Menurut Ketua Pelaksana HANTARU 2015 Rachmat Indroyyono Hadiesta, Momentum HANTARU tahun ini diselenggarakan melalui tiga kegiatan utama. Di antaranya Urban Explore, Bakti Kampung, dan Talkshow. Urban Explore merupakan kegiatan bersepeda yang diikuti oleh mahasiswa Teknik PWK UGM dengan rute dari Teknik menuju Kampung Jlagran, Pringgokusuman yang merupakan lokasi bakti kampung.
Bakti Kampung merupakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (HMT-PWK UGM) yang merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini diisi dengan praktik urban farming oleh Komunitas untuk Jogja kepada warga di Kampung Jlagran. HMT-PWK UGM menyerahkan 150 bibit cabai dan 150 bibit terong kepada warga. Di bakti kampung para mahasiswa/i berbaur dengan warga dalam membuat alat dalam urban farming. Salah satu peserta Bakti Kampung antusias mengikuti kegiatan ini. “Kegiatan bakti kampung ini seru banget selain kita bisa berkontribusi sama hari tata ruang juga bisa menambah pengetahuan. Saya sangat antusias dengan kegiatan bakti kampung ini karena pengalaman pertama juga ikut acara seperti ini” ujar Faza Almaziyyah salah satu peserta Urban Explore dan Bakti Kampung.
Lalu kegiatan HANTARU ditutup dengan Talkshow yang diadakan di Wisma Kagama. Talkshow berlangsung dua sesi dengan pembicara sesi pertama Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP yang merupakan Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Kementrian PPN/Bappenas; Dr. Sutaryono, Ahli Land Management-Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional; dan Ainun Murwani Koordinator Kampung Kalijawi. Sesi pertama membahas mengenai keistimewaan tanah Yogyakarta. “Di Yogyakarta ada regulasi dari sisi keistimewaan mengenai Sultan Ground dan Pakualaman Ground. Orientasinya pengembangan kebudayaan dan pengembangan sosial untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Undang-Undang Pokok Agraria yang juga bertujuan untuk kemakmuran rakyat” papar Dr.Sutaryono salah satu pembicara sesi pertama yang merupakan ahli Land Management.
Di sesi Kedua dengan Tema peran Masyarakat dalam ruang pertanahan Jogja, diisi oleh Dr. Ir. Hananto Hadi Purnomo, M.Sc., yang merupakan Kabid Tata Ruang PUP-ESDM Pemda DIY; Elanto Wijoyono, Tokoh Masyarakat; dan Yuwono Sri Suwito, Budayawan DIY. Di sesi kedua berlangsung singkat namun animo para penanya cukup tinggi. Pada sesi kali ini terdapat kritik dari Elanto Wijoyono yang mengungkapkan bahwa konsistensi aturan yang berlaku dari nasional hingga lingkup bawah masih belum jelas. Seperti RDTR Jogja baru saja muncul, hal ini mengakibatkan proses pembangunan jadi terhambat.
Talkshow yang berlangsung di Wisma Kagama ini juga dimeriahkan oleh tarian Tradisional Jawa Golek Ayun-Ayun yang dibawakan oleh Dwinda Tanaya Cipta, Teater mengenai kritik pertanahan di Jogja oleh Mahasiswa/i PWK UGM angkatan 2015, Tari Ratoeh Duek dari aceh yang dibawakan oleh Bungong PWK UGM, selain itu dimeriahkan oleh Paduan Suara Sagita dari PWK UGM, dan ditutup oleh penampilan kesenian angklung dari Satria Jogja. “Dengan pelaksanaan HANTARU 2015 yang mengkolaborasikan agraria dan tata ruang, harapannya bisa memberikan norma dan pedoman serta memberikan kesadaran publik kepada masyarakat akan pentingnya pengelolaan tanah dalam bidang penataan ruang sehingga mewujudkan lingkungan yang harmonis dan sustain serta layak huni” tutur Isfansa Mahani, Ketua HMT PWK ‘Pramukya Arcapada’.