Yogyakarta, 11 November 2025 – Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (PWK UGM) kembali menggelar kuliah tamu dalam rangkaian Mata Kuliah Pilihan (MKP) Ruang dan Perilaku. Bertempat di Ruang 5A1, Gedung SGLC Fakultas Teknik UGM, acara ini menghadirkan Widhi Cahya Yudhanta, S.T., M.Sc., Principal Architect dari Gugusgagas Studio.
Dalam kuliah bertajuk “Eksplorasi Metode dan Identifikasi Perilaku Meruang untuk Perencanaan Spasial”, Widhi membuka wawasan mahasiswa mengenai fenomena di mana banyak ruang kota dirancang indah secara visual namun gagal saat digunakan karena tidak memahami bagaimana manusia bergerak dan berinteraksi. Beliau menekankan pentingnya mempelajari “perilaku meruang” sebagai jembatan krusial antara arsitektur, desain perkotaan, dan perencanaan wilayah.
Pendekatan Makroskopik dan Mikroskopik
Salah satu materi inti yang disampaikan adalah penggunaan teknologi dan data untuk membaca pola pergerakan manusia. Widhi memaparkan dua perspektif utama yaitu Makroskopik dan Mikroskopik.
Perspektif Makroskopik menggunakan pendekatan Space Syntax dan Urban Network Analysis (UNA) untuk melihat pola pergerakan kolektif, konektivitas, dan integrasi jaringan kota . Sedangkan, perspektif Mikroskopik menggunakan Agent-Based Model (ABM) dan Social Force Model untuk mensimulasikan interaksi individu, termasuk bagaimana pejalan kaki menghindari tabrakan atau memilih rute berdasarkan kenyamanan dan keamanan .
Studi Kasus: Dari Sigli hingga Malioboro
Untuk memperjelas teori, narasumber membedah beberapa studi kasus nyata:
- Kota Sigli (Konsep SIGMA 7): Perencanaan kota yang mengintegrasikan mitigasi bencana (jalur evakuasi tsunami) dengan prinsip kota Madani yang berorientasi pada sumbu kiblat, serta konsep agrocity .
- Kawasan Malioboro: Analisis Space Syntax digunakan untuk mengembalikan garis filosofis kota Yogyakarta. Widhi menunjukkan bagaimana rekayasa transportasi dan pemulihan konektivitas jalan yang terputus rel kereta api dapat meningkatkan nilai integrasi kawasan dan mendukung Malioboro sebagai area ramah pejalan kaki .
- Taman Brumbungan, Semarang: Penerapan konsep “Nandur Jiwo” yang membagi ruang menjadi kantung-kantung aktivitas (pocket space) untuk mengakomodasi keragaman komunitas kota .
Kuliah tamu ini ditutup dengan diskusi mengenai masa depan perencanaan kota yang harus berbasis data (evidence-based design) untuk menciptakan ruang yang tidak hanya estetis, tetapi juga efisien, inklusif, dan tanggap bencana.
Berdasarkan materi kuliah tamu tersebut, terdapat beberapa poin SDGs yang relevan:
- SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan (Sustainable Cities and Communities)
- SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim (Climate Action)
- SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and Well-being)
- SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur (Industry, Innovation, and Infrastructure)
- SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan (Reduced Inequalities)